Gas
metan yang berasal dari total populasi ternak ruminansia yang ada di
dunia telah menyumbang 12-15% dari total aliran gas metan di
atmosphere. Banyak faktor yang mempengaruhi emisi metana dan karbon
dari ternak ruminansia. Diperlukan strategi memanipulasi pakan dan
ekosistem rumen guna mengurangi emisi gas metan asal ternak yang
sekaligus dapat meningkatkan pertambahan bobot badan ternak. Tujuan
Penelitian adalah : (1) Memperoleh karakteristik Deoxyribose Nucleic
Acid (DNA) mikrobia rumen (bakteri, protozoa, jamur) pencerna serat
hemat emisi gas karbon dan metan, (2) Mengidentifikasi kandungan emisi
gas karbon dan metan hasil ekshalasi, dan (3) Menentukan ransum sapi
potong yang efisien berbasis kelapa sawit rendah emisi gas karbon dan
metan. Penelitian dilakukan dalam dua kegiatan penelitian yaitu:
Kegiatan 1,
merupakan tahapan karakterisasi DNA mikrobia rumen (bakteri, protozoa
dan jamur) penghasil gas karbon dan metan yang diisolasi dari rumen sapi
(berfistula) yang mendapat 3 (tiga) macam perlakuan pemberian pakan,
yaitu (a)= pakan serat tinggi (kandungan > 26% SK), (b)= pakan serat
sedang (15-25% SK), dan (c)= pakan serat rendah (<14% SK).
Kegiatan 2, merupakan percobaan in vivo. Sebanyak
24 ekor sapi jantan (umur 11-I2) dimasukkan ke dalam kandang individu
dan dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok pemberian pakan, yakni (A)= ransum
serat tinggi (kandungan > 26% SK), (B) =ransum serat sedang (15-25%
SK), dan (C) = ransum serat rendah (<14% SK). Lokasi percobaan di
PTPN VI, Kab Batanghari (Jambi) dan di Kab. Kotawaringin Barat
(Kalimantan Tengah). Parameter yang diukur: konsumsi dan konversi pakan,
ekosistem rumen (VFA, pH, dan NH3 rumen), pertambahan bobot badan.
Luaran
dalam tahapan ini adalah formulasi ransum hemat emisi gas karbon dan
metan pada pakan berbasis kelapa sawit. Data yang diperoleh dalam
kegiatan 1 dan 2, dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap pola
searah (One Way Analysis) menggunakan program SPSS ver. 20.
Hasil kegiatan 1,
Evaluasi karakteristik DNA mikrobia rumen masih dilanjutkan pada TA
2014. Bakteri pada sapi fistula umumnya berbentuk cocci in pairs
(gram+), cocci in clusters (gram+), dan rod with round ends (+/-).
Sedangkan strain protozoa didominasi oleh Epipinium ecaudatum,
Eremoplastron bovis, Eremoplastron bugalus, dan Entodinium
quadriseuspis. Pada pakan serat berbasis non sawit, pakan berserat
rendah menghasilkan kandungan CH4 (10,87 ml) lebih rendah (P<0,05)
dibanding pakan serat sedang (23,92 ml) dan serat tinggi (26,72 ml).
Namun demikian kandungan NNH3 pada pakan serat rendah (430,65 mg/L)
lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan pakan serat sedang (259,32
mg/L) dan serat tinggi (305,56 mg/L). Rataan populasi bakteri pada
pakan serat sedang (13,82x109/ml) lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan
dengan pakan serat rendah (9,11 x 109/ml) dan serat tinggi
(4,71x109/ml). Hasil yang sama ditunjukkan pada populasi protozoa bahwa
protozoa pada pakan serat sedang (40,52x106/ml) lebih tinggi
(P<0,05) dibandingkan dengan pakan serat rendah (19,83 x 106) dan
serat tinggi (15,67x106 ml). Menggunakan persamaan regresi persamaan Y =
0,034 X – 3,828, diprediksikan bahwa produksi gas metan pada kandungan
SK tinggi berkisar 231,4 – 439,2 gram/hr, produksi gas metan pada
kandungan SK sedang berkisar 247,0 – 404,0 gram/hr, sedangkan produksi
gas metan pada kandungan SK rendah berkisar 171,4 – 366,7 gram/hr.
Hasil Kegiatan 2,
menunjukkan bahwa pakan serat tinggi mempunyai populasi protozoa (6,98
x 106/ml) tertinggi (P<0,05) dibandingkan pakan serat rendah (5,24
x106/ml) dan serat sedang (4,12 x106/ml) Sedangkan populasi bakteri
pakan serat sedang (8,14 x 109/ml) adalah tertinggi diikuti pakan serat
tinggi (6,97 x 109/ml) dan serat rendah (6,25 x 109/ml). Pakan serat
tinggi dan serat sedang menghasilkan kandungan CH4 yang sama (22,18 ml
vs 21, 84 ml), namun lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan pakan serat
rendah (12,41 ml). Sebaliknya, pakan berserat rendah dan sedang
menghasilkan kandungan NNH3 (151,95 mg/L dan 146,18 mg/L) yang lebih
tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan pakan serat tinggi (93,41 mg/L).
Sedangkan pH rumen masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata, berkisar
6,70-6,83. Konsumsi bahan kering ransum masing-masing perlakuan tidak
terdapat perbedaan signifikan, yakni berkisar 8,23 – 9,08 kg/hr. Namun
demikian kecernaan bahan kering pada pakan serat tinggi (35,89%) adalah
lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan kecernaan bahan kering pada
pakan serat sedang (44,28%) dan serat rendah (44,13%). Pertambahan
bobot badan pada pakan serat rendah (1,19 kg/hr) adalah tertinggi
(P<0,01), diikuti pakan serat sedang (0,75 kg/hr) dan pakan serat
tinggi (0,17 kg/hr). Sedangkan konversi pakan tidak menunjukkan
perbedaan karena menghasilkan variasi yang cukup besar, yakni berkisar
7,77 – 34,00.
Kesimpulan yang dihasilkan dari dua kegiatan ini
adalah: (1) kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan menghasilkan
emisi metan yang lebih tinggi, diikuti dengan tingginya populasi
protozoa dan kandungan ammonia nitrogen dalam rumen yang rendah; (2)
kandungan serat kasar yang rendah dalam bahan pakan mampu menurunkan
kandungan metan, meningkatkan bobot badan ternak serta meningkatkan
efisiensi penggunaan ransum; (3) emisi gas metan pada pakan berserat
berbasis sawit dan non sawit tidak menunjukkan perbedaan, namun populasi
bakteri dan protozoa rumen pada pakan berbasis sawit adalah lebih
rendah.
Puslitbangnak