Kandang Kelompok

Kandang Kelompok ”Model Grati” merupakan model perkandangan yang dirancang dengan memperhatikan dalam satu ruang kandang ditempatkan beberapa ekor sapi induk/calon induk.

Ayam KUB (Ayam Kampung Unggul Badan Litbang Pertanian)

Bobot badan : 1.200 -1.600 gram, Bobot telur : 35-45 gram, Umur pertama bertelur lebih awal (20 - 22 minggu),Produktivitas telur lebih tinggi (130 -160 butir/ekor/tahun, Produksi telur (henday) : 50 %, Puncak produksi telur : 65 %,Lebih tahan terhadap penyakit

Senin, Maret 02, 2015

Menyibak Pakan Murah Di Loka Kambing Potong Sungai Putih



Alhamdulilah ! kita berjumpa lagi pada Jelajah Inovasi tahun 2015. Kunjungan perdana jatuh pada Loka Penelitian (Lolit) Kambing Potong Sungai Putih. Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Awalnya Sinta sempat bertanya,” mengapa Lolit ini yang menjadi sasasan pertama, padahal akhir tahun 2014 lalu, tim jelajah sempat berkunjung  ke loka ini?  Setelah pekan lalu, tim berhasil tiba di Lolit, pertanyaan itu baru terjawab. Di loka ini tersimpan sebuah informasi yang sangat berharga soal bagaimana memproduksi pakan ternak kambing dengan biaya yang sangat murah. Ya! Inovasi pakan murah temanya. Penjelajahan pakan murah ini memang terfokus di lingkungan Loka saja, tujuannya agar didapatkan sebuah informasi paket teknologi yang lebih detail tentang cara memproduksi pakan murah. Diharapkan inovasi anyar ini bisa diaplikasikan oleh peternak kambing terutama untuk mengatasi suplai hijauan pada saat musim kemarau, sekaligus mengoptimalkan limbah perkebunan kelapa sawit.
Begitu antusias dukungan Loka terhadap penjelajahan kali ini sampai-sampai Kepala Lolit  Kambing Potong, Dr. Simon Elieser kendati dalam keadaan badan yang kurang fit menyempatkan diri untuk berdiskusi dengan Sinar Tani. Menurut Simon, penelitian tentang pakan murah ini telah menjadi sasaran utama Balitbangtan untuk menunjang berkembangkan peternakan kambing nasional dan Loka Penelitian Kambing Potong Sungai Putih sejak beberapa tahun ini melakukan penelitian dan pengembangan pakan murah.
Satu bukti kuat Loka untuk mendukung berkembangnya pakan murah ini bisa dilihat dari sebuah Surat Keputusan (SK) Kepala Lolit Kambing Potong tentang Penetapan Tim Pengelolaa pakan Rutin Kambing Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih. Tim ini terdiri dari 8 orang yakni Dr. Ir. Simon Elieser, M.Si sebagai Penanggung Jawab, Rijanto Hutasoit, SP, M.Sc selaku Ketua  Tim, Dr.Ir. Simon P. Ginting, M.Sc sebagai Formulator Pakan, Dr. Ir. Aron Batubara, M.Sc sebagai Monitoring Kondisi Ternak, Nasib sebagai Penanggung Jawab Pembuatan Pakan, Misro Aliandi Monitoring Kondisi Ternak, Henry Ananda Rangkuti Pengadaan Barang dan Maringan Manurung sebagai Penerima Barang.
Limbah Sawit
Simon Elieser yang didampingi oleh Nasib menjelaskan bahwa inovasi pakan murah ini sangat penting, karena sekitar 40 persen biaya produksi ternak dihabiskan untuk pakan. “kambing itu termasuk ternak ruminansia yang  butuh pakan serat kasar. Biasanya serat kasar ini disuplai dari hijauan atau rumput. Namun masalahnya bila terjadi musim kemarau, pengadaan hijauan ini bukanlah persoalan gampang. Untuk mengatasi itu, pelepah kelapa sawit bisa dijadikan alternatif sebagai sumber bahan pakan” ujarnya.
Pelapah sawit adalah limbah perkebunan yang paling potensial sebagai sumber serat kasar. Limbah perkebunan ini  mempunyai kandungan gizi (sekitar 28 persen protein yang bisa dimanfaatkan). Berdasarkan itu Loka Penelitian Kambing Potong mencoba memanfaatkan pelepah sawit sebagai pakan ternak kambing dicampur dengan  indigofera. Formulasi pakan murah ini merupakan hasil peneliitian unggulan dari Lolit. Sedangkan khusus untuk pengembangan indigofera, menurutnya telah berkembang dibeberapa daerah sebagai sumber protein pakan ternak kambing.
Berdasarkan pengalaman para peneliti di Loka tersebut,  campuran pelepah sawit dan indigofera dapat memenuhi sumber serat kasar tapi belum bisa memenuhi gizi untuk pakan kambing. Untuk mengatasi tantangan itu, campuran kedua bahan tersebut ditambah dengan bungkil kedelai dan Bungkil Inti Sawit (BIS). Formulasi campuran pakan ini ternyata mengandung 18-20 % protein kasar. Hasil analisis sementara,  biaya pembuatan pakan murah hanya sebesar  Rp. 2250 per kg.
Berdasarkan hasil penelitian ternyata respon kambing cukup bagus, kenaikan bibot badan bisa mencapao 110 -150 gr per hari. Sedangkan jika diberikan hijauan saja kenaikan berat badan harian sekitar 45-60 gr per hari.
Simon Elieser sangat optimis bahwa , pakan murah ini cocok sekali diiterapkan untuk usaha ternak kambing diatas 100 ekor. Lis
Sumber: SinarTani Edisi 18-24 Pebruari 2015 No: 3595 Tahun XLV

http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47491:menyibak-pakan-murah-di-loka-kambing-potong-sungai-putih&catid=4:berita


Indigofera, Sumber Bahan Pakan Ternak Masa Depan



Rekan-rekan Jelajah Inovasi, perburuan terhadap tanaman yang dapat dijadikan sebagai sumber pakan ternak terus berlangsung hingga kini. Target pencarian itu adalah menemukan jenis tanaman yang gampang dan cepat dibudidayakan serta memiliki kanduangan gizi yang tinggi untuk menopang pertumbuhan ternak. Saat ini, upaya eksplorasi kekayaan hayati itu telah sampai pada satu jenis tanaman bernama indigofera. Tumbuhan indigofera sudah lama dikenal di Indonesia. Informasi yang dapat dipercaya mengatakan bahwa Indigofera dibawa ke Indonesia oleh bangsa Eropa sekitar tahun 1900, dan sekarang terus berkembang secara luas. Di Wilayah Jawa Barat tanaman yang dikenal dengan nama tarum ini sudah sejak lama digunakan sebagai pewarna kain, demikian juga halnya di wilayah pulau Jawa Iainnya.
Pemanfaatan tumbuhan ini sebagai pakan ternak, baik di wilayah Jawa Barat maupun di wilayah lain di Indonesia baru dipublikasikan pada awal tahun 2000. Tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang kaya akan nitrogen, fosfor dan kalsium. Perkebunan indigofera yang pertama di Indonesia adalah di Wonogiri (Jawa Tengah) sebagai salah satu tanaman yang wajib ditanam disamping kopi, karet, tebu dan teh pada saat tanam paksa pada tahun 1830 (Anonimous, 2011), jadi jauh sebelum tahun 1900. Selanjutnya dilaporkan bahwa masyarakat di sekitar Ambarawa, Jawa Tengah hanya mengetahui bahwa Indigofera baik sebagai tanaman peneduh kopi dan bisa menyuburkan tanaman kopi.
Jenis-jenis lndigofera dapat tumbuh sampai 1.650 m di atas permukaan laut, dan tumbuh subur di tanah gembur yang kaya akan bahan organik. Sebagai tanaman penghasil pewarna, indigofera ditanam di dataran tinggi dan sebagai tanaman sekunder di tanah sawah. Lahan sebaiknya berdrainase cukup baik. Jika digunakan sebagai tanaman penutup tanah, Indigofera arrecta hanya dapat ditanam di kebun dengan sedikit naungan atau tanpa naungan. Jenis ini menyenangi iklim yang panas dan lembab dengan curah hujan tidak kurang dari 1.750 mm/tahun. Tanaman ini mampu bertahan terhadap pengenangan selama 2 bulan.
Indigofera tinctoria tidak toleran terhadap curah hujan tinggi dan penggenangan. Dalam keadaan tumbuh secara alami atau liar jenis-jenis Indigofera dijumpai di tempat-tempat terbuka dengan sinar matahari penuh, misalnya lahan-lahan terlantar, pinggir jalan, pinggir sungai, dan padang rumput, kadang-kadang sampai ketinggian 2.000 meter diatas permukaan laut.
Indigofera sp. sangat balk dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak dan mengandung protein kasar 27,9%, serat kasar 15,25%, kalsium 0,22% dan fosfor 0,18%. Leguminosa Indigofera sp. memiliki kandungan protein yang tinggi, toleran terhadap musim kering, genangan air dan tahan terhadap salinitas (Hassen et al., 2007).
Dengan kandungan protein yang tinggi (26 - 31%) disertai kandungan serat yang relatif rendah dan tingkat kecernaan yang tinggi (77%) tanaman ini sangat baik sebagai sumber hijauan baik sebagai pakan dasar maupun sebagai pakan suplemen sumber protein dan energi, terlebih untuk ternak dalam status produksi tinggi (Iaktasi). Karena toleran terhadap kekeringan, maka Indigofera sp. dapat dikembangkan di wilayah dengan iklim kering untuk mengatasi terbatasnya ketersediaan hijauan terutama selama musim kemarau.
Keunggulan lain tanaman ini adalah kandungan taninnya sangat rendah berkisar antara 0,6 - 1,4 ppm (jauh di bawah taraf yang dapat menimbulkan sifat anti nutrisi). Rendahnya kandungan tanin ini juga berdampak positif terhadap palatabilitasnya (disukai ternak).
Dalam hal kemampuan menghasilkan hijauan pakan, I. hendecaphylia dapat menghasilkan 5 ton/ha bahan hijauan setelah berumur 2 bulan dan 25 ton/ha apabila berumur 6 bulan. Setelah dipotong atau digembalai di padang rumput, I. schimperi bisa tumbuh kembali dengan cepat. Spesies ini mengandung protein kasar sekitar 10% pada batangnya sampai Iebih dari 20% pada daunnya, sedangkan ADF-nya berkisar antara 28% hingga 36%. Dilaporkan juga bahwa I. schimperi tidak mengandung racun termasuk indospicine.
Benih Di Lolit Kambing Potong
Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih adalah salah satu institusi penelitian yang ‘getol’ mengembangkan indigofera sebagai sumber bahan pakan ternak kambing. Beberapa penelitinya yang dikenal sebagai pengembang indigofera adalah Rijanto Hutasoit, SP, M.sc dan Andi Tarigan, SP. Saat ini Lolit Kambing Potong sudah mampu memproduksi benih indigofera dalam bentuk biji, benih-benih ini telah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.
Lolit Kambing Potong Sei Putih sendiri menggunakan Indigofera sebagai sumber bahan pakan murah untuk menunjang ternak kambing. Inovasi pakan murah berbahan indigofera menjadi penelitian ungulan di Lolit Kambing Potong ini. Lis (Sumber: Buku Indigofera Sebagai Pakan Ternak, Balitbangtan)
Sumber: SinarTani Edisi 18-24 Pebruari 2015 No: 3595 Tahun XLV
http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47492:indigofera-sumber-bahan-pakan-ternak-masa-depan&catid=4:berita