Kandang Kelompok

Kandang Kelompok ”Model Grati” merupakan model perkandangan yang dirancang dengan memperhatikan dalam satu ruang kandang ditempatkan beberapa ekor sapi induk/calon induk.

Ayam KUB (Ayam Kampung Unggul Badan Litbang Pertanian)

Bobot badan : 1.200 -1.600 gram, Bobot telur : 35-45 gram, Umur pertama bertelur lebih awal (20 - 22 minggu),Produktivitas telur lebih tinggi (130 -160 butir/ekor/tahun, Produksi telur (henday) : 50 %, Puncak produksi telur : 65 %,Lebih tahan terhadap penyakit

Sabtu, Februari 28, 2015

Hijauan Pakan Ternak di Indonesia


Perkembangan ternak di Indonesia khususnya ternak ruminansia tidak terlepas dari ketersediaan pakannya, terutama hijauan pakan ternak. Dengan demikian hijauan pakan merupakan salah satu faktor pembatas perkembangan sub-sektor peternakan yang perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Buku Hijauan Pakan Ternak di Indonesia ini diterbitkan antara lain untuk mendukung program Prima Tani yang sedang dilaksanakan oleh Badan Litbang Pertanian melalui BPTP-BPTP yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagaimana diketahui, kegiatan Prima Tani pada tahun 2007 dilaksanakan di 201 lokasi di 200 kabupaten di seluruh Indonesia. Sebanyak 134 lokasi atau sekitar 65% di antaranya akan mengembangkan ternak ruminansia yang memerlukan hijauan pakan. Dengan demikian buku ini akan sangat bermanfaat bagi para manajer laboratorium, koordinator klinik pertanian dan para pemandu teknologi di dalam upayanya memberikan pelayanan kepada para petani-peternak.
Dengan diterbitkannya buku Hijauan Pakan Ternak di Indonesia ini, pemahaman para pengelola Prima Tani mengenai hijauan pakan akan lebih baik sehingga mereka akan Iebih mampu memfasilitasi kebutuhan peternak akan pengetahuan tentang hijauan pakan, khususnya yang tumbuh di wilayahnya masing-masing.
File Download:
Cover (139 Kb)
Kata Pengantar (259 Kb)
Daftar Isi (236 Kb)
Pendahuluan (156 Kb)
Beberapa Istilah di dalam Hijauan Pakan Ternak (296 Kb)
Sumber dan Potensi HPT (558 Kb)
Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT (230 Kb)
Budidaya (542 Kb)
Pengawetan (217 Kb)
Pemilihan jenis TPT untuk petani (88 Kb)
Jenis-jenis HPT yang Penting (1.645 Kb)
Daftar Pustaka (125 Kb)
Daftar Lampiran (471 Kb)
Data Penulis (471 Kb)

Minggu, Februari 22, 2015

Peternak Sapi di Kabupaten Ende Mendapat Sosialisasi Pembuatan Kompos










   

ENDE, 3 Februari   2015 – Peternak sapi potong di Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) mendapatkan sosialisasi mengenai pemeliharaan sapi dalam kandang kelompok untuk menghasilkan kompos. Pemberian materi sosialisasi dilakukan oleh Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Kapuslitbangnak) Dr. Bess Tiesnamurti dan peneliti/penyuluh dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT.

Peternak yang mendapat materi sosialisasi dari Kelompok Tani Ternak (KTT) Watugana.  KTT ini memelihara sapi potong bantuan dari Provinsi NTT. Mereka melakukan pemeliharaan sapi dalam kandang individu, kemudian kotoran sapi diambil dari masing-masing kandang individu untuk diolah menjadi kompos.

Kapuslitbangnak dalam paparannya di hadapan para peternak menyarankan agar peternak memelihara sapi dalam kandang kelompok. Dengan cara ini, peternak tidak perlu melakukan pengambilan kotoran dari kandang individu. Kotoran sapi yang dipelihara di kandang kelompok dibiarkan tetap berada di lantai kandang, kemudian ditambahkan oleh sekam atau dedak agar kotoran tetap kering.

Kotoran yang berada di lantai akan terinjak-injak oleh sapi. Proses ini sama dengan pengadukan dalam membuat kompos, sehingga kotoran tercampur merata. Kotoran yang berada di lantai kandang tidak akan mengganggu sapi karena tetap dalam kondisi kering dengan pencampuran sekam atau dedak. Dalam waktu beberapa hari, kotoran yang berada di lantai kandang sudah menjadi kompos dan bisa langsung dipanen.

Selain melakukan penjelasan secara lisan, Kapuslitbangnak juga memperlihatkan foto-foto. Melalui cara ini diharapkan para peternak mendapatkan gambaran utuh mengenai pembuatan kompos. Pemeliharaan sapi di kandang kelompok untuk menghasilkan kompos ini lebih mudah dan tidak membutuhkan banyak tenaga kerja.

Ketua KTT Watugana Bapak Thamrin Rika mengapresiasi pemberian materi sosialisasi yang disampaikan Kapuslitbangnak. Menurutnya, KTT Watugana akan mengaplikasikan pemeliharaan sapi dengan kandang kelompok. Kompos dapat menjadi sumber pendapatan untuk peternak. (IKH/REP)

http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47467:peternak-sapi-di-kabupaten-ende-mendapat-sosialisasi-pembuatan-kompos&catid=4:berita

Kamis, Februari 12, 2015

Babinsa Flores Timur Mengikuti Bimtek untuk Mensukseskan Swasembada Pangan



FLORES TIMUR – Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Kapuslitbangnak) Dr. Bess Tiesnamurti menjadi Penanggung Jawab Tim Kelompok Kerja Upaya Khusus (Upsus) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1243/Kpts/OT.160/12/2014, tanggal 5 Desember 2014, tentang Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya.

Selaku Penanggung Jawab Tim Upsus di NTT, Kapuslitbangnak menghadiri Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi 41 Bintara Pembina Desa (Babinsa) di lingkup Kodim 1624/Flotim di Aula Kantor Bupati Flores Timur, Rabu (4/2). Bimtek ini juga dihadiri Bupati Flores Timur Yoseph Lagadoni Herin, S.Sos, Dandim 1624/Flotim Letkol Inf. Kusni, dan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Flores Timur Ir. Antonius Wukak Sogen.

Dalam sambutannya, Kapuslitbangnak menyampaikan bahwa pelaksanaan Bimtek bagi Babinsa ini merupakan bentuk keterlibatan TNI dalam mencapai swasembada pangan. Menurut Kapuslitbangnak, TNI terlibat dalam kegiatan Upsus Padi, Jagung dan Kedelai karena semua pihak memiliki tanggung jawab dalam swasembada pangan.

Kapuslitbangnak berharap Babinsa bisa berperan dalam memperbaiki manajemen budidaya padi yang dilakukan petani petani. Hal ini dilakukan dengan menyampaikan informasi mengenai pola penanaman yang benar kepada petani, misalnya dengan pola penanaman jajar legowo. Dalam menyampaikan informasi tersebut, Babinsa memiliki cara dan teknik tersendiri, sehingga bisa diaplikasikan oleh petani.

Selasa, Februari 10, 2015

Plasma Nutfah: Ayam Hutan Merah


Ayam-Hutan Merah (Gallus gallus, Linnaeus, 1758), merupakan ayam yang berukuran sedang, dengan panjang 78 cm dan yang betina berukuran lebih kecil, dengan panjang sekitar 46 cm . Ayam-Hutan jantan memiliki bulu-bulu leher, tengkuk dan mantel yang panjang meruncing berwarna kuning coklat keemasan dengan kulit muka merah, iris coklat, bulu punggung hijau gelap dan sisi bawah tubuh berwarna hitam mengkilap . Dikepalanya terdapat jengger (comb) bergerigi dan gelambir (wattles) berwarna merah. Ekornya terdiri dari 14-16 bulube rwarna hitam hijau metalik, dengan bulu tengah ekor yang panjang dan melengkung ke bawah. Kaki berwarna kelabu dengan sebuah taji. Ayam betina memiliki kaki tidak bertaji, bulu yang pendek berwarna coklat tua kekuningan dengan garis-garis dan bintik gelap .

Penyebaran ayam Hutan Merah

Ayam-Hutan Merah tersebar luas di hutan tropis dan dataran rendah di benua Asia, dari Himalaya, Cina bagian Selatan, Asia Tenggara, hingga ke Sumatera dan Jawa . Ada lima subspesies yang dikenali dan penyebarannya mendominasi lokasi tertentu yaitu Gallus gallus gallus (Indochina), Gallus gallus spadiceus (Myanmar), Gallus gallus bankiva (Jawa) ; Gallus gallus murghi (India) dan Gallus gallus jabouille (Vietnam). Dari penelitian Fumihito, Romanov maupun Weigend diketahui saat ini ada penambahan subspesies barn yang berhasil dikembangkan Gallus gallus domesticus dan subspesies yang berkembang di Pilipina, Mikronesia, Melanesia dan Polynesia yaitu Gallus gallus gallina, Gallus gallus micronesia dan Gallus gallus philippenisis . Khusus di Indonesia hanya terdapat dua subspecies ayam Hutan merah yaitu Gallus gallus spadiceus yang berasal dari Sumatera bagian utara, dan Gallus gallus bankiva yang berasal dari Sumatera bagian selatan, Jawa dan Bali. Ayam Hutan Merah hidup berkelompok, ayam jantan dengan beberapa ayam betina . Di pagi dan sore hari, mereka keluar mencari makanan di atas permukaan tanah. Pakan ayam Hutan Merah adalah biji-bijian, pucuk rumput, dedaunan, serangga serta berbagai jenis hewan kecil.
Ayam betina biasanya menetaskan antara lima sampai enam butir telur berwarna coklat muda pucat atau coklat kemerahan . Anak-anak ayam Hutan Merah diasuh oleh induk betinanya . Anak ayam dapat terbang setelah berumur satu minggu . Ayam-Hutan Merah diyakini sebagai leluhur/nenek moyang dari ayam peliharaan . Tidak diketahui secara pasti awal domestikasi Ayam-Hutan ini, namun sudah diternakkan sejak peradaban di Lembah Indus sekitar 5000 tahun lalu
DOWNLOAD Informasi selengkapnya:  Ayam Hutuan Merah.pdf (111 Kb)

Kamis, Februari 05, 2015

Permintaan Itik Hibrida Terus Meningkat: Kabadan Litbang Pertanian kunjungi peternak itik di Mojokerto


Tim Badan Litbang Pertanian, yang terdiri dari Kabadan Litbang Pertanian, Kepala BBP2TP, Kepala Balitnak, Kepala BPTP Jawa Timur, dan peneliti Balitnak, Dr. Hardi Prasetyo, Dr. Maijon Purba dan Dr. Triana Susanti, pada tanggal 21 Januari 2015 telah melakukan kunjungan ke peternak di Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto.
Bapak Afit, seorang peternak yang dikunjungi telah mengembangkan pembibitan itik potong dengan menggunakan itik hibrida, yang merupakan persilangan antara galur jantan yang berasal dari kombinasi antara itik Peking dan itik lokal putih dan galur betina yang merupakan kombinasi antara itik Campbell dan itik Mojosari dan disebut itik Bigon. Saat ini peternak memiliki 3000 ekor induk dengan produksi anak itik (DOD) sebanyak sekitar 3000 ekor per minggu untuk dibesarkan sebagai itik potong. Sebagian besar anak itik dijual kepada peternak lain dan bahkan keluar kota, dan sebagian untuk dipelihara sendiri dan dijual pada umur siap potong.
Dari hasil kunjungan terungkap bahwa DOD itik potong dijual dengan harga Rp 7500/ekor, dan setelah dibesarkan selama 45 hari dapat dijual sebagai itik siap potong dengan bobot badan antara 1,5 – 1,9 kg seharga Rp 20.000 per kg bobot hidup. Anggota kelompok (peternak) saat ini menggunakan pola inti-plasma yaitu dengan membeli DOD itik potong dari Bapak Afit dan menjual itik siap potong melalui kelompok. Kelompok berkeinginan untuk dapat mengembangkan usahanya hingga 10.000 ekor induk atau lebih agar dapat memenuhi permintaan DOD itik potong yang selalu tinggi dan saat ini masih belum dapat terpenuhi. Saat ini telah tersedia lahan seluas 4 hektar untuk pengembangan tersebut. Untuk keperluan tersebut kelompok mengharapkan adanya bantuan permodalan.
Menurut informasi yang diperoleh bahwa saat ini hampir semua peternak di Desa Modopuro menggunakan itik hibrida tersebut untuk produksi itik potong yang permintaannya memang sangat tinggi, dan jarang ada peternak yang masih memelihara itik Mojosari murni sebagai itik potong. Hal ini menimbulkan kekuatiran bahwa itik Mojosari akan hilang di daerah asalnya sendiri.
Untuk kegiatan pembibitan dan pengembangan, Balitbangtan melalui Balitnak dapat memberikan kontribusi teknologi berupa: a). Pemurnian galur-galur sebagai "parent stock", b). Introduksi bibit PMp sebagai "male line" utk itik pedaging, c.) Introduksi itik Mojosari dan Alabio terseleksi untuk itik petelur dan sekaligus untuk pemurnian/pelestarian itik mojosari. (REP)

Selasa, Februari 03, 2015

Strategi Menciptakan Pasar Spesifik

Menteri Pertanian, yang diwakili oleh Kepala Puslitbang Peternakan (Dr. Bess Tiesnamurti), telah memenuhi undangan dari Universitas Muhamadiyah Malang dalam kegiatan Musyawarah Nasional XIII Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia dengan tema “Mengabdi untuk ISMAPETI, Bersatu Membangun Negeri”. Pertemuan dilaksanakan dari tanggal 20-24 Januari 2015, seminar Nasional telah dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2015. Paparan dalam pertemuan ini sebagai key note speaker menyampaikan tentang Strategi Pemerintah dalam Peningkatan Daya Saing SDM guna Pencapaian Ketahanan Pangan Subsektor Peternakan dalam Menghadapi AEC 2015. Selain paparan Kapuslitbangnak, Ir Nuri Hidayat MSc, Prof Wahyu Widodo MS dan Masngud Oman Santoso juga tampil menyampaikan paparannya. Kapuslitbangnak menyampaikan, mahasiswa haruslah menyadari bahwa pasar bebas ASEAN telah menjadi kesepakatan masyarakat dunia yang dideklarasikan di istana Bogor pada tahun 1994. Sehingga seluruh komponen masyarakat Indonesia hendaknya dapat berperan untuk bangkit dan berjuang guna menghadapinya. Indonesia mempunyai banyak produk lokal peternakan sangat spesifik yang apabila dikelola dengan sangat baik dapat meningkatkan daya saing maupun sumber pendapatan Negara. Indonesia mempunyai ternak ayam kampung dengan cita rasa yang khas. Penciptaan pasar spesifik (niche market) merupakan strategi yang harus dilakukan. Apabila pada ternak lokal dilaksanakan pemuliabiakan, intensifikasi sistem pemeliharaan, pengolahan produk yang higienis penuh citarasa dengan peluang untuk diekspor dalam bentuk olahan siap santap, maka semua itu merupakan peluang yang harus dimanfaatkan oleh seluruh insan peternakan di Indonesia. Demikian pula dengan sapi Bali yang merupakan rumpun sapi khas Indonesia, namun saat ini hanya dikelola di level hulu saja. Apabila sapi Bali dikelola sebagai penghasil daging secara organik, kemudian produknya diolah secara higienis maka hal tersebut akan mengulang kesuksesan Indonesia sebagai pengekspor sapi Bali pada era 1970 an. Saat ini daging sapi Bali dapat diolah dan dijadikan pangan siap saji khas Indonesia misal rendang dan diekspor. Tampaknya peluang tersebut akan meningkatkan produktivitas dan otomatis akan merangsang budidaya di sektor hulu sehingga dapat ditingkatkan.

Ransum pre-starter berbahan papaya matang pada ayam lokal KUB meningkatkan nilai efisiensi

Penelitian pemberian ransum pre-starter berbahan papaya matang  pada ayam lokal KUB telah telah dilakukan oleh peneliti Balai Penelitian Ternak dan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Percobaan ini  dilaksanakan dengan menggunakan 480 ekor anak ayam umur satu hari yang diamati sampai dengan umur 84 hari. Ini merupakan percobaan pertama yang masih memerlukan percobaan lanjutan untuk menggali lebih dalam lagi berbagai respon fisiologis, yang ditimbulkan ayam lokal dan sekaligus memberikan informasi pengaruh berbagai bahan pakan lokal yang diformulasikan dalam ransum pre-starter.

Secara umum hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian ransum pre-starter berbahan papaya matang pada ayam lokal KUB meningkatkan nilai efisiensi kinerja (EPEF= European performance efficiency factor), sebagai akibat meningkatnya efisiensi penggunaan ransum dan tingkat vitalitas yang tinggi. (REP)

Informasi selengkapnya dapat dibaca pada : http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47076

Senin, Februari 02, 2015

Bisnis Menggiurkan dari Kelinci Rex


Eksotisme Kelinci menyimpan bisnis menggiurkan di baliknnya. Federasi Industri Kulit Internasional melaporkan bisnis Kulit kelinci dunia mencapai US$ 5 miliar atau sekitar Rp 60 triliun. Menurut Peneliti Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Dr. Yono C Rahardjo, Kelinci Rex menghasilkan bisnis beragam.  Mulai dari bisnis anak kelinci sebagai binatang kesayangan, bibit kelunci untuk induk dan pejatan, dan kelinci afkir.
Kemudian industri berbasis kelinci seperti produk abon, dendeng, bakso, sosis, atau nugget. juga industri fashion seperti tas, topi, dan jaket. bahkan kotoran dan urin pun bisa dijual sebagai pupuk tanaman. Harga pupuk yang berasal dari kotoran kelinci mencapai Rp 7500 per kg sedangkan urinnya Rp 5000 per liter.
Harga per lembar kulit kelinci rex berbulu prima ukuran 36 x 42 cm saja, jika sudah disamak mencapai US$ 18 atau sekitar Rp 215 ribu. Dan untuk membuat satu buah jaket mantel, dibutuhkan 35 helai kulit kelinci.
Pasar utama kulit-bulu mentah adalah Hong Kong, China, Taiwan, dan Korea. Sedangkan pasar produk akhir adalah Jepang, Amerika, kulit-bulu tersebut digunakan untuk membuat mantel bulu eksotis yang mempunyai nilai tambah mancapai US$ 800 - 3.000.

Baca selengkapnya: http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47084

Minggu, Februari 01, 2015

Mudahnya Beternak Ayam KUB

Puslitbang Peternakan menyiarkan cara beternak ayam kampung melalui radio RRI Bogor dalam acara Siaran Pedesaan dengan judul "Mudahnya Beternak Ayam Kampung" pada tanggal 25 Januari 2015 oleh Dr. Tike Sartika jam 19.30-20.00 WIB. Dr. Tike Sartika menyampaikan bahwa Ayam Kampung Unggulan Badan Litbang Pertanian disingkat ayam KUB, adalah hasil seleksi ayam kampung selama 6 generasi yang diarahkan untuk meningkatkan produksi telurnya dan mengurangi sifat mengeramnya.
Ayam kampung biasanya bertelur 50 sampai 75 butir per tahun, sedangkan ayam KUB dapat bertelur hingga 180 butir per tahun. Karena Telurnya banyak sehingga ayam KUB ditujukan sebagai bibit induk untuk menghasilkan DOC (anak ayam umur 1 hari).
Untuk usaha pembesaran ayam kampung potong dapat dipanen pada umur 70 hari dengan bobot potong 0,9-1 kg. Untuk mendapatkan DOC yang tumbuhnya cepat ayam KUB harus dikawinkan dengan pejantan ayam kampung pilihan yang mempunyai bobot badan besar.

 Infomasi selengkapnya: http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47087