Eksploitasi
sumber daya alam seperti industri pertambangan adalah suatu kegiatan
yang tak terelakkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sumber keuangan
negara, dan lain-lain. Eksploitasi ini akan memberikan dampak
lingkungan, budaya, sosial baik positif maupun negatif. Industri
pertambangan merupakan salah satu industri yang berdampak kerusakan
lingkungan baik fisik maupun sosial, karena industri ini menghasilkan
limbah yang cukup besar dalam bentuk tailing dan beberapa pertambangan
menghasilkan residu berupa logam berat yang bersifat toksis dan
akumulatif dalam tubuh makhluk hidup.
Tailing adalah limbah industri
pertambangan baik emas, tembaga maupun perak. Tailing terdiri dari
batuan yang telah hancur dari batuan mineral yang telah diambil
mineralnya dan mempunyai porositas tinggi sehingga kapasitas memegang
air rendah, struktur tidak stabil, sangat miskin bahan organik,
aktivitas mikroba tidak ada sama sekali.
Pemilihan spesies tanaman, termasuk Tanaman Pakan Ternak (TPT) untuk
rehabilitasi area bekas tambang sangat krusial tergantung tujuan
penanaman. Ada kelompok tanaman yang bersifat mengekstraksi,
mendegradasi dan menstabilkan kontaminan misalnya logam berat. TPT yang
bersifat mengekstraksi kontaminan, terutama logam berat tidak dapat
dikonsumsi oleh ternak karena akan terakumulasi di dalam tubuhnya dan
akan masuk ke rantai makanan. Sehingga TPT yang bersifat akumulator
dapat digunakan untuk membersihkan kontaminan pada area bekas tambang.
Untuk tujuan kegiatan pertanian perlu dilakukan secara hati-hati sebelum
produk pertanian dapat dikonsumsi manusia.
Budidaya tanaman apapun di area tailing perlu strategi tertentu untuk
mengelolanya. Kondisi tailing yang secara fisik sangat sarang (porous),
miskin hara dan bahan organik, maka perlu pemupukan dengan pupuk
organik dan kimia secara seimbang.
Tanaman Pakan Ternak yang mencakup rumput dan leguminosa selain
sebagai sumber hijauan pakan untuk ternak, juga mempunyai fungsi lain
yang penting dalam sistem pertanian maupun lingkungan antara lain
sebagai pupuk hijau, tanaman penutup tanah, pengontrol gulma, pengontrol
erosi tanah, sebagai tanaman pagar pembatas lahan, membantu konservasi
air, fitoremediasi bahkan dapat sebagai komoditas ekspor.
Ada beberapa alasan mengapa rumput cocok sebagai tanaman pakan ternak
dan sebagai tanaman konservasi tanah, yaitu: (1) rumput mampu membentuk
tunas-tunas baru sebagai pengganti batang yang dimakan ternak.
Tunas-tunas baru itu tumbuh pada pangkal batang, dekat permukaan tanah,
sehingga tidak rusak apabila terjadi pemotongan atau penggembalaan; (2)
sebagian besar rumput mampu mempertahankan pertumbuhan vegetatif terus
menerus dan hanya terhenti pada musim kering; (3) banyak rumput yang
berkembang biak dengan rimpang atau stolon yang dengan mudah membentuk
akar-akar baru sehingga permukaan tanah dapat cepat tertutup; (4) sistem
perakarannya mampu mengikat partikel-partikel tanah dan membentuk
jalinan akar (sod). Akar ini mengangkat zat hara yang telah tercuci oleh
hujan lebat dari dalam tanah ke permukaan.
Beberapa jenis rumput yang direkomendasikan untuk reklamasi area
tailing adalah Brachiaria spp.; Cenchrus ciliaris (rumput Cenchrus);
Chloris gayana (rumput Rhodes); Cynodon dactylon, Digitaria decumbens
(rumput Pangola); Panicum maximum (rumput Benggala); Paspalum notatum,
Vetiveria zizanioides.