Kandang Kelompok

Kandang Kelompok ”Model Grati” merupakan model perkandangan yang dirancang dengan memperhatikan dalam satu ruang kandang ditempatkan beberapa ekor sapi induk/calon induk.

Ayam KUB (Ayam Kampung Unggul Badan Litbang Pertanian)

Bobot badan : 1.200 -1.600 gram, Bobot telur : 35-45 gram, Umur pertama bertelur lebih awal (20 - 22 minggu),Produktivitas telur lebih tinggi (130 -160 butir/ekor/tahun, Produksi telur (henday) : 50 %, Puncak produksi telur : 65 %,Lebih tahan terhadap penyakit

Jumat, Mei 16, 2014

Mengenal Saluran Telur Induk Ayam (Oviduct)


Saluran telur induk (Oviduct) merupakan saluran yang berbelit-belit dengan panjang sekitar 70-80 cm dan diameter 1-5 cm pada ayam yang sedang bertelur, sedangkan pada ayam yang tidak bertelur panjangnya 10-15 dm dengan diameter 1-7 mm (Toelihere, 1981). Saluran telur induk ayam buras terdiri dari :
  • Infundibulum (panjang 9 cm) berbentuk corong yang berfungsi untuk menangkap ovum yang diovulasikan dan tempat terjadinya fertilisasi
  • Magnum (panjang 33 cm), pada bagian ini terjadi pembentukan putih telur (albumin)
  • Isthmus (panjang 8-10 cm) berfungsi untuk membentuk selaput membran telur bagian dalam dan luar, serta menambahkan sejumlah air ke dalam putih telur
  • Uterus atau shell gland yang mempunyai panjang 8 cm sebagai tempat dibentuknya kulit telur (kerabang).
  • Vagina merupakan penghubung uterus dengan kloaka dan tidak berperan dalam proses pembentukan telur, memiliki panjang 7-12 cm. Menurut Sturkie (Sturkie,P.D. 1976. Avian Physiology. 3 rd ed. Spangce, Verlag. New York. pp 302 – 330.)  melaporkan bahwa antara uterus dan vagina dipisahkan oleh sphincter yang dinamakan Utero Vaginal Junction (UVJ) yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan spermatozoa sementara (Sturkie,1976). Inseminasi Buatan(IB) dengan metode deposisi semen intra Uterine, sperma didepositkan pada daerah UVJ.
Sumber : Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2004
http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/ 

Faktor-faktor penentu kelahiran kembar pada sapi potong




Produksi daging sapi dan kerbau di Indonesia baru mencukupi 65% dari kebutuhan dalam negeri dan sisanya dipenuhi melalui impor daging dan sapi bakalan dari Australia dan New Zealand dengan laju sekitar 8% per tahun. Untuk bisa memenuhi target program PSDSK (Program Swasembada Daging Sapi/Kerbau) pada tahun 2014 dibutuhkan terobosan inovasi teknologi yang tidak biasa digunakan tetapi dapat berdampak langsung pada peningkatan populasi dan produktivitas ternak seperti kelahiran kembar.
Berdasarkan hasil  penelitian  menunjukkan bahwa kelahiran kembar dipengaruhi oleh lokasi, bangsa induk serta jenis kelamin pedet. Paritas berpengaruh secara kuadratik terhadap kelahiran kembar dengan puncak kelahiran kembar pada paritas ke-2 dan 3. Jenis kelamin yang dominan adalah betina 56% dan jantan 28% yang berasal dari sejumlah 64 pedet kelahiran kembar.
Pakan dan nutrien yang dikandungnya tidak dapat berdiri sendiri dalam memicu terjadinya kelahiran kembar, tetapi harus berinteraksi dengan lokasi dan berlaku hanya pada status fisiologis tertentu saja baru dapat memicu terjadinya ovulasi lebih dari satu yang jika pada saat tersebut terjadi pembuahan barulah dapat berakhir dengan kelahiran kembar pada sapi potong.
Diduga sapi PO mengandung gen kelahiran kembar dengan persentase yang lebih besar dari sapi potong umumnya sehingga sebaiknya sapi PO dijadikan prioritas dalam membangun breeding herd sapi kembar di Indonesia.
Sumber: Prosiding Semnas Teknologi  Peternakan dan Veteriner Tahun 2011
http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/ 
 

Kamis, Mei 15, 2014

Teknik kastrasi pada anak kelinci jantan



Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mutu kulit bulu kelinci terutama kelinci Rex jantan adalah dengan kastrasi. Kastrasi adalah memutuskan saluran reproduksi kelinci jantan dengan jalan memotong vasdeferen atau epididimis yang menghubungkan testis dengan penis, sehingga kelinci tidak dapat memproduksi semen/spermatozoa, akibatnya kelinci menjadi mandul/invertil. Teknik kastrasi ada 3 cara : yaitu pengikatan epididimis/operasi, insisi pada testis dan injeksi. Namun yang paling mudah dan efektif dilakukan adalah pengikatan epididimis pada kelinci umur < 2.5 bulan karena ternak tidak terlalu kuat bergerak sehingga memudahkan melakukan kastrasi, waktu relatif lebih lama sesudah dikastrasi dan sebelum ternak dipotong pada umur 5 – 6 bulan, sehingga bobot badan lebih besar serta mutu kulit yang lebih baik dari cara kastrasi yang lainnya.

Sumber: Balitnak

Rabu, Mei 14, 2014

Mengenal beberapa penyakit ternak yang dapat menular pada manusia


Meningkatnya kesadaran gizi, bertambahnya jurnlah penduduk dan membaiknya pendapatan masyarakat telah menimbulkan gelombang permintaan akan produk peternakan, seperti daging, telur, dan susu . Sejak dahulu ternak telah berdampingan dengan manusia sebagai tenaga kerja, ternak piaraan, kesayangan bahkan sebagai hewan percobaan semua itu ditujukan untuk kesejahteraan manusia. Namun dibalik itu semua ternak juga sebagai penular langsung maupun tak langsung penyakit ke manusia (zoonosis). Makin meluasnya penyakit ternak yang dapat menularnya pada manusia maka perlu kiranya kita mengenal penyakit-penyakit yang umum seperti Antraks, Rabies, Toksoplasmosis, Skabies, Influenza, Brucellosis . Dengan mengenal penyakitpenyakit tersebut diharapkan dapat mencegah penularan dan penyebar luasannya.

Selasa, Mei 13, 2014

Manfaat lemak terproteksi untuk meningkatkan produksi dan reproduksi ternak ruminansia


Lemak atau asam lemak merupakan salah satu sumber energi yang berdensitas tinggi dan menghasilkan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan karbohidrat atau protein.

Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar yaitu asam lemak sawit sebagai alternatif bahan pakan sumber energi bagi ternak ruminansia.

Lemak terdiri dari beberapa senyawa kimia dan ada tiga faktor yang menentukan sifat lemak. Bila dikonsumsi ternak dan masuk ke dalam rumen, lemak akan mengalami proses hidrolisis dan hidrogenasi. Asam lemak bebas yang tidak jenuh akan meracuni mikroba rumen sehingga secara alami, bakteri di dalam rumen akan menghidrogenasi asam lemak tidak jenuh menjadi asam lemak jenuh.

Proses penyerapan asam lemak akan terjadi di dalam usus. Pemanfaatan lemak dalam pakan ternak ruminansia harus diperhatikan karena bila terlalu tinggi (>5%) dalam pakan, lemak akan mengganggu proses pencernaan di dalam rumen.

Proteksi lemak agar tidak mengganggu fungsi rumen dapat dilakukan dengan beberapa teknologi dan yang paling umum adalah proteksi lemak dengan membuat garam kalsium. Kalsium asam lemak berfungsi sebagai sumber energi bagi sapi yang baru melahirkan dan laktasi sehingga kebutuhan energi yang tinggi tersebut dapat terpenuhi. Kalsium asam lemak dapat meningkatkan produksi susu, memperbaiki reproduksi dan meningkatkan kebuntingan.

Potensi kalsium asam lemak sawit di Indonesia sangat besar dan dapat diproduksi dengan skala industri karena melimpahnya minyak sawit di Indonesia.
sumber: WARTAZOA Vol. 23 No. 4 Th. 2013
http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/ 
 

Senin, Mei 12, 2014

Dukungan Alsintan Terhadap Pengembangan Pembibitan Ternak


Dalam menunjang swasembada pangan asal hewani, alat dan mesin pertanian (alsintan) menjadi sarana penunjang. Alsintan dibutuhkan di setiap kegiatan pertanian sejak kegiatan dari hulu sampai hilir. Di antrara jenis kebutuhan alsintan untuk keperluan ini adalah untuk pengolahan lahan padang rumput, budidaya peternakan, pengolahan bahan baku pakan, penggudangan sarana produksi dan hasil produksi, dan pengolahan limbah ternak. Perkembangan alsintan ini baik jenis, jumlah, prototipe maupun biaya sangat tergantung perkembangan teknologi, perbaikan mutu hasil bahan baku pakan, pakan dan hasil peternakan serta permintaan pengguna pada umumnya.
Sumber : Prosiding Workshop Nasional Perbibitan Kerbau 2012


Jumat, Mei 09, 2014

Seminar dan Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau 2012







Abubakar dan E. Handiwirawan
Kebijakan Perbibitan Kerbau
Seminar dan Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau  2012     BPTP-Sumbar
 [PDF]         [Record Detail]



Chalid Talib dan M. Naim
Grand Design Perbibitan Kerbau Nasional
Seminar dan Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau  2012     Puslitbang Peternakan
 [PDF]         [Record Detail]



Bess Tiesnamurti, C. Talib dan E. Handiwirawan
Dukungan Teknologi dalam Pelaksanaan Pembibitan Kerbau
Seminar dan Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau  2012     Puslitbang Peternakan
 [PDF]         [Record Detail]



Yulizar dan Kuswandi
Kebijakan dan Program Pengembangan Pakan Ruminansia
Seminar dan Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau  2012     Puslitbang Peternakan
 [PDF]         [Record Detail]



B. Santosa dan Kuswandi
Dukungan Alsintan terhadap Pengembangan Pembibitan Ternak
Seminar dan Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau  2012     Puslitbang Peternakan
 [PDF]         [Record Detail]



Rasali Hakim Matondang, E. Handiwirawan dan T. E. Lubis
Perkembangan Program Pembibitan Kerbau di Sumatera Utara
Seminar dan Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau  2012     Puslitbang Peternakan
 [PDF]         [Record Detail]



E. Romjali, Edwardi dan S. Rusdiana
Peluang dan Potensi Usaha Ternak Kerbau di Sumatera Barat
Seminar dan Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau  2012     Puslitbang Peternakan
 [PDF]         [Record Detail]



Hasanatun Hasinah, E. Romjalu dan A. M. Tauchid
Pengembangan Integrasi Ternak Kerbau dengan Kelapa Sawit di Provinsi Banten
Seminar dan Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau  2012     Puslitbang Peternakan
 [PDF]         [Record Detail]



Anneke Anggraeni, C. Sofyadi, I. Sanloso, N. Setyawan dan Sutrisno
Perbibitan Kerbau dalam Mendukung Swasembada Daging Sapi dan Kerbau di Pulau Jawa
Seminar dan Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau  2012     Puslitbang Peternakan
 [PDF]         [Record Detail]



Rasali Hakim Matondang dan R. Limbong
Perkembangan Pembibitan Ternak Kerbau di Kabupaten Tana Toraja
Seminar dan Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau  2012     Puslitbang Peternakan
 [PDF]         [Record Detail]



Yunus D. Wulang dan C. Talib
Evaluasi Pengembangan Pembibitan Kerbau di Kabupaten Sumba Timur
Seminar dan Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau  2012     Puslitbang Peternakan
 [PDF]         [Record Detail]



Rasali Hakim Matondang, A. Hasyim dan B. Tiesnamurti
Perkembangan Program Pembibitan Kerbau di Kabupaten Simeulue
Seminar dan Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau  2012     Puslitbang Peternakan
 [PDF]         [Record Detail]



Hasanatun Hasinah, B. Tiesnamurti dan J. Pardosi
Perkembangan Program Pembibitan Kerbau di Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara
Seminar dan Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau  2012     Puslitbang Peternakan
 [PDF]         [Record Detail]


Kamis, Mei 08, 2014

Bagaimakah ayam mencerna makanannya ?



Pernahkah kita membayangkan bagaimana makanan yang kita berikan bisa dicerna oleh alat pencernaan ayam, apakah jenis makanan yang kita berikan cocok dengan alat pencernaan ayam kita, atau bisa jadi selama ini kita hanya buang-buang uang untuk makanan yang kita beli dan tidak murah pula harganya, padahal ayam kita tidak bisa mencernanya dengan baik karena makanan yang kita berikan sebenarnya tidak cocok dengan model alat pencernaan ayam kita.
Setiap jenis hewan memiliki model alat pencernaan yang berbeda.Katakanlah untuk jenis ruminansia seperti kambing, sapi, kerbau, dan sejenisnya, alat pencernaan mereka lebih rumit. Sedang untuk jenis unggas alat pencernaannya relative lebih sederhana.
Pada dasarnya proses pencernaan adalah proses penguraian bahan makanan menjadi zat-zat makanan dalam saluran pencernaan agar dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-jaringan tubuh. Didalamnya terjadi proses yang bersifat mekanis dan kimiawi, dan berjalannya proses ini sangat dipengaruhi oleh banyak factor.
Kalau kita lihat cara unggas mengambil makanannya, mereka mengambil makanan dengan paruhnya dan menelannya begitu saja, tidak ada proses penghancuran terlebih dahulu. Makanan tersebut kemudian disimpan di dalam tembolok untuk dilunakkan. Proses pelunakan ini dibantu oleh getah pencernaan yang ada di proventrikulus (saluran sebelum ampela).
Penggilingan baru dilakukan di dalam ampela, tidak ada enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh ampela, jadi proses yang berlangsung di sini hanya proses mekanis untuk memperkecil partikel-partikel makanan.

Rabu, Mei 07, 2014

Teknologi alat pemerah susu kompatibel dengan cooling unit kapasitas 50 liter


Add caption
Rendahnya kualitas susu sapi (dengan cemaran bakteri rata-rata 106 CFU/ml susu) di Indonesia disebabkan oleh kinerja pemerahan yang tidak memenuhi standard prosedur pemerahan serta belum digunakannya alat perah oleh peternak kecil, disamping belum adanya alat penyimpanan suhu rendah yang mengakibatkan berkembangnya bakteri yang mencemari susu yang berdampak memperburuk kualitas susu. Badan Litbang Pertanian melalui Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian telah merancang mesin alat(mesin) pemerah susu sapi yang kompatibel dengan cooling unit,  adapun keunggulan dari mesin  ini bersifat mobile, dapat menurunkan cemaran bakteri sebanyak 50%, bergerak, sederhana dan efisien bagi peternak susu skala 10 ekor sapi, menjaga higienitas/kualitas susu sampai ke koperasi susu, dan harga relative murah dan terjangkau.
Mesin ini dapat dikembangkan di peternak komunal, atau koperasi sehingga dapat meningkatkan harga susu di tingkat peternak.

Spesifikasi Mesin :
  • Dimensi Keseluruhan (2.000x1.400x1.500) mm
  • Dimensi Alat Mesin Pemerah Susu (1.200x750x1.100) mm
  • Tenaga Penggerak Satu unit generator dengan bahan bakar bensin berkapasitas 2.800 watt dan digunakan untuk mensuplai unit pendingin 750 watt dan unit alat pemerah susu 750 watt
  • Kapasitas alat pemerah susu 2,9 liter/menit
  • Kapasitas tangki pendingin 50 liter susu
  • Susu air pendingin 20C
  • Penurunan suhu susu di dalam pendingin 150C/jam
  • Konsumsi bahan bakar 1 liter/jam
sumber : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian

Selasa, Mei 06, 2014

Pembentukan Kampung Ternak Domba sebagai Upaya Mendekatkan Teknologi Peternakan kepada Masyarakat


Add caption
Pembentukan “Kampung Ternak Domba” merupakan salah satu model diseminasi sekaligus media introduksi teknologi kepada masyarakat. Model tersebut dapat digunakan sebagai upaya mendekatkan teknologi yang telah dihasilkan oleh Balai Penelitian Ternak (Balitnak) kepada petani-peternak pengguna (stakeholder). Balitnak telah memperkenalkan model usaha peternakan, yang dikenal dengan ” Kampung Ternak Domba Terpadu” di wilayah Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Melalui Model ”Kampung Ternak” diharapkan petani-peternak dapat menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat.  Sinergi kerjasama dan koordinasi dengan UPT Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) di daerah yakni BPTP, dan Dinas Peternakan kabupaten setempat, serta instansi terkait lainnya menjadi model utama dalam pengembangannya.  Model tersebut telah berhasil dilakukan dengan baik melalui kegiatan pendampingan teknologi sebagai upaya pengembangan komoditas peternakan. Melalui kemasan paket teknologi spesifik lokasi yang mudah diaplikasikan, model ini diharapkan mampu memberikan pelayanan dan menjadi media penyebaran hasil penelitian kepada masyarakat secara optimal. Disamping itu, model kawasan kampung ternak terpadu diharapkan dapat menjadi pusat perbibitan di wilayah desa (Village Breeding Centre) untuk komoditas yang dikembangkan.
Sumber: Wartazoa Vol. 23 No.3  Tahun 2013

Senin, Mei 05, 2014

Peneliti dari University of Georgia Kembangkan Sistem Penerjemah Bahasa Hewan Ternak


Add caption
Para peneliti dari Georgia Institute of Technology dan the University of Georgia mengembangkan sebuah sistem penerjamah yang mereka klaim bisa menterjemahkan bahasa hewan ternak, terutama ayam ternak. Para peneliti tersebut meneliti setiap suara ayam dalam setiap situasi yang berbeda dan dimasukkannya ke dalam database untuk kemudian dianalisa. Hasil dari analisa tersebut nantinya akan disampaikan kepada para pemilik peternakan berupa saran atas apa saja yang “diinginkan” oleh ayam ternaknya.
Sistim penterjemah ini nantinya dihubungkan ke sebuah sistim lainnya sehingga sistim ini bisa berinteraksi dengan sistim utama. Jika sistem mendeteksi adanya “permintaan” dari ayam-ayam untuk menurunkan suhu, maka sistem akan secara otomatis menyalakan mesin pendingin.
Tujuan utama dari diadakannya sistem penerjemah bahasa binatang ternak ini tentu saja agar ayam-ayam jadi lebih sehat dan pertumbuhannya jadi lebih cepat.
sumber: http://www.beritateknologi.com

Minggu, Mei 04, 2014

Tanaman Obat Efektif Tanggulangi Koksidiosis Ayam



Tanaman obat seperti temu-temuan, sirih-sirihan, sambiloto, meniran diketahui memiliki aktivitas anti parasit dan bersifat sebagai imunomodulator pada manusia. Beberapa tanaman obat mampu meningkatkan produksi sitokin. Sitokin adalah protein ekstra seluler yang berperan sebagai regulator dan mobilisator intersel (interleukin, interferon dan kemokin) yang memiliki aktivitas anti parasit.
Peningkatan sekresi sitokin membuka peluang baru didalam penanggulangan berbagai macam penyakit termasuk infeksi parasit. Tanaman obat seperti Sambiloto dapat meningkatkan sel fagositosis dan limfosik, sehingga  dapat mengobati coccidia dan dapat menjadi koksidiostat  (sulfaquinoxalin). Tanaman obat tersebut sebenarnya juga dapat digunakan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit pada hewan.

Sabtu, Mei 03, 2014

Pakan Limbah Pengganti Dedak


Dedak padi merupakan salah satu bahan pakan yang cukup lazim digunakan dalam penyusunan ransum untuk ternak unggas dan ruminansia, namun harga dan ketersediaan kadang menjadi masalah. Untuk wilayah Jakarta yang volume limbah organik pasarnya cukup tinggi dan dapat mencapai 4.500 ton per hari, benar-benar menjadi peluang tersendiri untuk menciptakan bahan pakan ternak konsentrat atau tepung limbah organik pasar (TLOP) disamping pupuk organik cair. Bahan padatan hasil pengolahan limbah pasar berupa sawi, kubis/kol, kembang kol dan caisin/petsai, mempunyai kandungan serat kasar 11,9%, protein kasar 13,0%, dan energi sebesar 2.460 Kkal/kg.

Uji coba pemberian TLOP sudah dilakukan pada 160 itik petelur untuk substitusi dedak hingga 30% sebagai campuran nasi kering, tepung roti, tepung kapur dan premix, juga cangkang udang. Pakan campuran diberikan dalam bentuk basah dengan jalan penambahan air secukupnya, agar itik mudah memakannya dan untuk menjaga agar pakan tidak tertiup angin. Hasilnya menunjukkan bahwa rataan produksi telur harian pada kelompok itik yang diberi ransum hingga 30% menggantikan dedak adalah paling tinggi, yaitu sebesar 80,5%. Penggunaan TLOP di dalam ransum itik untuk menggantikan dedak padi hingga 30% tidak mengakibatkan penurunan produksi telur itik maupun kualitasnya.
Sumber: BPTP Jakarta
http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/ 
 

Kamis, Mei 01, 2014

Warta zoa : Volume : 23 Nomor : 4 TAHUN : 2013







Bambang R Prawiradiputra dan Muharsini S
Tanaman Pakan dan Bahan Pakan Transgenik di Indonesia: Peluang dan Kendala Pengembangannya
Buletin Ilmu Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia  2013   Volume : 23 Nomor : 4  Puslitbang Peternakan
DOI:10.14334/wartazoa.v23i4.1006
 [PDF]         [Record Detail]



Tjeppy D Soedjana
Partisipasi Konsumsi sebagai Alat Ukur Status Ketahanan Pangan Daging
Buletin Ilmu Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia  2013   Volume : 23 Nomor : 4  Puslitbang Peternakan
DOI:10.14334/wartazoa.v23i4.1007
 [PDF]         [Record Detail]



Elizabeth Wina dan Susana IWR
Manfaat Lemak Terproteksi untuk Meningkatkan Produksi dan Reproduksi Ternak Ruminansia
Buletin Ilmu Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia  2013   Volume : 23 Nomor : 4  Puslitbang Peternakan
DOI:10.14334/wartazoa.v23i4.1008
 [PDF]         [Record Detail]



Hamed A Mohammed, Eid AAM dan El-Bakrey RMM
A Review of Rabbit Diseases in Egypt
Buletin Ilmu Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia  2013   Volume : 23 Nomor : 4  Puslitbang Peternakan
DOI:10.14334/wartazoa.v23i4.1009
 [PDF]         [Record Detail]



Thierry Gidenne
Dietary Fibres: Their Analysis in Animal Feeding, and Their Role in Rabbit Nutrition and Health
Buletin Ilmu Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia  2013   Volume : 23 Nomor : 4  Puslitbang Peternakan
DOI:10.14334/wartazoa.v23i4.1010
 [PDF]         [Record Detail]