Alhamdulilah ! kita berjumpa lagi pada Jelajah Inovasi tahun 2015. Kunjungan perdana jatuh pada Loka Penelitian (Lolit) Kambing Potong Sungai Putih. Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Awalnya Sinta sempat bertanya,” mengapa Lolit ini yang menjadi sasasan pertama, padahal akhir tahun 2014 lalu, tim jelajah sempat berkunjung ke loka ini? Setelah pekan lalu, tim berhasil tiba di Lolit, pertanyaan itu baru terjawab. Di loka ini tersimpan sebuah informasi yang sangat berharga soal bagaimana memproduksi pakan ternak kambing dengan biaya yang sangat murah. Ya! Inovasi pakan murah temanya. Penjelajahan pakan murah ini memang terfokus di lingkungan Loka saja, tujuannya agar didapatkan sebuah informasi paket teknologi yang lebih detail tentang cara memproduksi pakan murah. Diharapkan inovasi anyar ini bisa diaplikasikan oleh peternak kambing terutama untuk mengatasi suplai hijauan pada saat musim kemarau, sekaligus mengoptimalkan limbah perkebunan kelapa sawit.
Begitu antusias dukungan Loka terhadap penjelajahan kali ini sampai-sampai Kepala Lolit Kambing Potong, Dr. Simon Elieser kendati dalam keadaan badan yang kurang fit menyempatkan diri untuk berdiskusi dengan Sinar Tani. Menurut Simon, penelitian tentang pakan murah ini telah menjadi sasaran utama Balitbangtan untuk menunjang berkembangkan peternakan kambing nasional dan Loka Penelitian Kambing Potong Sungai Putih sejak beberapa tahun ini melakukan penelitian dan pengembangan pakan murah.
Satu bukti kuat Loka untuk mendukung berkembangnya pakan murah ini bisa dilihat dari sebuah Surat Keputusan (SK) Kepala Lolit Kambing Potong tentang Penetapan Tim Pengelolaa pakan Rutin Kambing Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih. Tim ini terdiri dari 8 orang yakni Dr. Ir. Simon Elieser, M.Si sebagai Penanggung Jawab, Rijanto Hutasoit, SP, M.Sc selaku Ketua Tim, Dr.Ir. Simon P. Ginting, M.Sc sebagai Formulator Pakan, Dr. Ir. Aron Batubara, M.Sc sebagai Monitoring Kondisi Ternak, Nasib sebagai Penanggung Jawab Pembuatan Pakan, Misro Aliandi Monitoring Kondisi Ternak, Henry Ananda Rangkuti Pengadaan Barang dan Maringan Manurung sebagai Penerima Barang.
Limbah Sawit
Simon Elieser yang didampingi oleh Nasib menjelaskan bahwa inovasi pakan murah ini sangat penting, karena sekitar 40 persen biaya produksi ternak dihabiskan untuk pakan. “kambing itu termasuk ternak ruminansia yang butuh pakan serat kasar. Biasanya serat kasar ini disuplai dari hijauan atau rumput. Namun masalahnya bila terjadi musim kemarau, pengadaan hijauan ini bukanlah persoalan gampang. Untuk mengatasi itu, pelepah kelapa sawit bisa dijadikan alternatif sebagai sumber bahan pakan” ujarnya.
Pelapah sawit adalah limbah perkebunan yang paling potensial sebagai sumber serat kasar. Limbah perkebunan ini mempunyai kandungan gizi (sekitar 28 persen protein yang bisa dimanfaatkan). Berdasarkan itu Loka Penelitian Kambing Potong mencoba memanfaatkan pelepah sawit sebagai pakan ternak kambing dicampur dengan indigofera. Formulasi pakan murah ini merupakan hasil peneliitian unggulan dari Lolit. Sedangkan khusus untuk pengembangan indigofera, menurutnya telah berkembang dibeberapa daerah sebagai sumber protein pakan ternak kambing.
Berdasarkan pengalaman para peneliti di Loka tersebut, campuran pelepah sawit dan indigofera dapat memenuhi sumber serat kasar tapi belum bisa memenuhi gizi untuk pakan kambing. Untuk mengatasi tantangan itu, campuran kedua bahan tersebut ditambah dengan bungkil kedelai dan Bungkil Inti Sawit (BIS). Formulasi campuran pakan ini ternyata mengandung 18-20 % protein kasar. Hasil analisis sementara, biaya pembuatan pakan murah hanya sebesar Rp. 2250 per kg.
Berdasarkan hasil penelitian ternyata respon kambing cukup bagus, kenaikan bibot badan bisa mencapao 110 -150 gr per hari. Sedangkan jika diberikan hijauan saja kenaikan berat badan harian sekitar 45-60 gr per hari.
Simon Elieser sangat optimis bahwa , pakan murah ini cocok sekali diiterapkan untuk usaha ternak kambing diatas 100 ekor. Lis
0 komentar:
Posting Komentar