Minggu, Mei 04, 2014

Tanaman Obat Efektif Tanggulangi Koksidiosis Ayam



Tanaman obat seperti temu-temuan, sirih-sirihan, sambiloto, meniran diketahui memiliki aktivitas anti parasit dan bersifat sebagai imunomodulator pada manusia. Beberapa tanaman obat mampu meningkatkan produksi sitokin. Sitokin adalah protein ekstra seluler yang berperan sebagai regulator dan mobilisator intersel (interleukin, interferon dan kemokin) yang memiliki aktivitas anti parasit.
Peningkatan sekresi sitokin membuka peluang baru didalam penanggulangan berbagai macam penyakit termasuk infeksi parasit. Tanaman obat seperti Sambiloto dapat meningkatkan sel fagositosis dan limfosik, sehingga  dapat mengobati coccidia dan dapat menjadi koksidiostat  (sulfaquinoxalin). Tanaman obat tersebut sebenarnya juga dapat digunakan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit pada hewan.

 
Ayam  mempunyai  nilai nutrien yang lengkap di dalam daging dan telur.  Usahatani ini dapat dilakukan oleh masyarakat skala kecil sampai menengah.  Kendala produksi diantaranya adanya penyakit coccidiosis yang disebabkan Eimeria tenella.  E. Tenella termasuk ordo Coccidia adalah parasit protozoa yang menyerang saluran pencernaan ayam, sehingga terjadi peradangan hebat, menyebabkan diare berdarah dan lebih dikenal dengan coccidiosis sekum ayam.
Penyakit ini mudah berkembang di Indonesia karena sesuai dengan  suhu optimum untuk perkembangan Eimeria yaitu 210 C – 32 0 C serta kelembaban yang cukup. Dan ternyata ayam dewasa dapat bertindak sebagai pembawa penyakit.  Mekanisme penanggulangan penyakit coccidiosis dengan tanaman obat, diarahkan kepada peningkatan sistim imun terhadap infeksi parasit.
Saat ini tindakan untuk menanggulangi penyakit tersebut diatas dengan memakai koksidistat (umumnya preparat sulfa).  Pemakaian yang terus menerus menimbulkan resistensi dan residu pada daging dan telur sehingga pada ekspor daging dan telur ditolak.  Untuk mengatasi hal tersebut perlu mencari alternatif untuk menanggulangi dengan menggunakan tanaman obat yang terdapat di Indonesia sehingga mengurangi  impor bahan dasar obat unggas ayam yang bersifat anti cocci, dan mampu meningkatkan imunitas terhadap penyakit coccidiosis serta sekaligus dapat meningkatkan produktivitas. Manfaat dan dampaknya menurunkan kerugian peternak unggas ayam serta penghematan devisa melalui pengurangan impor sulfa yang digunakan sebagai koksidiostat, dan peluang inovasi untuk menghasilkan teknologi budidaya ayam organik.
Balittro (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat) berkerjasama dengan Balai Besar Veternerier (Balitvet) melakukan penelitian selama 3 tahun sejak 2009. Hasil menunjukkan bobot ayam dan efisiensi pakan, formula jamu lebih efisien dibandingkan dengan perlakuan pakan kontrol negative (pakan komersial tanpa koksidiostat) dan setara dengan pakan komersial mengandung koksidiostat sulfa.  Nilai persentase bobot karkas ayam  perlakuan jamu  lebih tinggi dibandingkan kontrol.  Kandungan lemak abdominal perlakuan jamu lebih kecil daripada kontrol, sehingga  kualitas karkas ayam lebih baik.  Formula tertentu efektif dalam menekan kejadian infeksi coccidiosis pada ayam, lesi yang ditimbulkan pada sekum secara patologi anatomi dan hispatologi sangat ringan (+) dibanding perlakuan kontrol (-).
Pada penelitian 2010 didadapatkan bahan baku terstandar dari tiga lokasi sentra produksi ditetapkan Jahe merah, Temulawak, Temu ireng dari Sukabumi dan Sambiloto dari Sukoharjo.  Bahan baku ditetapkan Jahe merah (kandungan gingerol 0,18%),  Temulawak (kandungan kurkumin 0,24%), Temu ireng (kandungan kurkumin 0,07%) dari Sukabumi dan Sambiloto (kandungan andrografolid 2,10%) dari Sukohardjo.  Kemudian dibentuklah sebuah formula jamu ternak untuk anti cocci.  Formula terdiri dari nonfermentasi dan fermentasi yang ternyata kedua-duanya sangat efektif melawan coccidiosis.
Pada tahun 2011 dilakukan aplikasi formula pada tenak ayam. Jamu ternak berbasis tanaman obat untuk unggas ayam yang bersifat anti cocci, dan mampu meningkatkan imunitas terhadap penyakit coccidiosis serta sekaligus dapat meningkatkan produktivitas. Ayam yang diberi formula jamu lebih tahan terhadar cocci. Hal ini dijunjukan dari sekum yang sehat. Sekum yang tidak sehat terdapat pendarahan di permukaan dalam sekum.

Sumber: Puslitbangbun

0 komentar:

Posting Komentar