Selasa, September 17, 2013

Ayam KUB, Solusi Persoalan Pakan

Ayam ras yang selama ini kita konsumsi ternyata sudah dibuat oleh industri peternakan multinasional dalam satu paket dengan pakan ternak. Karena itu ayam ras di Indonesia sangat tergantung dengan bahan baku pakan impor. Bahkan ada resiko besar jika memaksa menggantinya dengan bahan baku lokal.
Lalu bagaimana solusi untuk menghadapi kondisi terus meningginya harga pakan yang kerap dikeluhkan peternak ayam di Indonesia? Ciptakan bibit ayam yang doyan pakan lokal.  Berikut rangkuman hasil wawancara Sinar Tani dengan Kepala Balai Penelitian Ternak, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian, Dr. Ir. Nasrullah,M.Sc

Peternak ayam kembali mengeluhkan terjadinya kenaikan harga pakan layer dan broiler menyusul melemahnya rupiah. Apa komentar Anda?
Kenaikan harga pakan adalah masalah klasik yang bukan baru kali ini terjadi. Ini konsekuensi dari belum mandirinya kita dalam menghasilkan bibit ayam dan pakan. Kenaikan harga pakan biasanya terjadi apabila pasokan bahan baku impornya terganggu atau seperti sekarang ini bila kurs rupiah melemah terhadap dolar AS.

Mungkinkah mengganti dengan bahan baku pakan dari dalam negeri?

Mengganti sebagian bahan baku penyusunnya dengan bahan baku lokal bukan persoalan mudah, karena harus menyesuaikan dengan potensi genetik ayam ras yang diproduksinya. Pakan yang direkomendasikan breeder luar negeri kandungan nutrisinya relatif tinggi.  Itu ada dalam bahan-bahan impor seperti bungkil kedelai dan tepung ikan yang produsennya di dalam negeri sangat terbatas. Persoalan kualitas pakan merupakan hal yang sensitif, asal mengganti bisa-bisa pertumbuhan badan broiler tidak optimal. Peternak ayam ras petelur (layer) saya lihat kalaupun banyak yang memberikan pakan hasil pencampuran sendiri baru dilakukan setelah ayam melalui fase pertumbuhan awal (starter). Pemberian pakan produksi sendiri bisa membuat produksi telur drop. Apalagi untuk mengangkatnva lagi sangat sulit.

Apakah sudah ada penelitian untuk mencari alternatif  bahan baku dari dalam negeri?

Banyak pihak, termasuk lembaga-lembaga penelitian yang telah melakukan riset untuk dapat mengangkat baku lokal sebagai substitusi bahan baku impor. Tapi kenyataannya hingga kini hasilnya baru dalam skala laboratorium dan belum bisa diaplikasikan dalam skala besar oleh pabrik-pabrik pakan di Indonesia yang jumlahnya terus meningkat.

Jika demikian, apakah tidak ada solusi bagi peternak ayam untuk bisa mendapatkan pakan murah di masa depan?

Untuk jangka pendek saya pikir tidak ada. Tapi mungkin dengan dilakukan pengkajian secara berkelanjutan dalam jangka panjang bisa diperoleh substitusi bahan baku impor. Banyak perguruan tinggi, khususnya dari Fakultas Petemakan yang sudah intens melakukan kajian terhadap limbah dari industri pengolahan kelapa sawit. Kemungkinan bungkil kelapa sawit bisa menjadi bahan baku pakan unggas karena produksinya cukup banyak dan bisa didapat secara kontinyu. Hasil penelitian kami sendiri, bungkil dari cangkang sawit bisa dipakai untuk alternatif pakan unggas karena kandungan proteinnya cukup tinggi. Tetapi masalahnya kami belum menemukan mesin yang bisa menghaluskan sehalus-halusnya sehingga bisa dicerna oleh ternak unggas.

Solusi global yang ditawarkan bagaimana?

Kalau bicara ayam ras, memang kita masih dihadapkan pada banyak kendala yang tidak bisa dalam waktu singkat terpecahkan karena menyangkut banyak dimensi. Kami melihat, idealnya memang kita harus bisa menciptakan dan mengembangkan bibit ayam yang bisa diberikan pakan dari produksi lokal. Sejak tahun 1997 kami telah melakukan seleksi genetika dan rintisan untuk bisa menghasilkan bibit ayam lokal dengan produksi telur yang tinggi seperti halnya ayam ras petelur. Meski belum seratus persen menyamai produksi layer, tapi pada akhirnya Balitnak bisa menciptakan ayam kampung dengan potensi produksi telur tinggi diberi nama "Ayam Kampung Unggul Balitnak" yang disingkat ayam KUB. Produksi telur ayam KUB per tahun bisa mencapai 180 butir, sementara ayam ras petelur bisa mencapai 300 an butir. Tapi kami tents melakukan riset agar potensi produksi telur in masih bisa ditingkatkan.

Sejauh mana peminat ayam KUB tersebut?

Saat ini perninat untuk memelihara ayam KUB di masyarakat cukup tinggi. Bekerjasama dengan pihak swasta yakni PT Ayam Kampung Indonesia, penyebaran ayam KUB sudah sampai ke 10 provinsi di Indonesia dan akan terus dikembangkan di provinsi lain. Di Gorontalo yang produksi jagung lokalnya tinggi, ayam in berkembang sangat baik. Sesuai permintaan pasar, kami tents melanjutkan riset untuk bisa menghasilkan bibit ayam KUB yang warna bulunya lebih bervariasi, berkaki kuning (saat in dominan berbulu dan berkaki hitam), serta tahan terhadap serangan virus Al. Dan tentunya kami juga melakukan penelitian untuk bisa menghasilkan ayam kampung jenis pedaging.
Sumber: Sinar Tani Edisi 11-17 September 2013

2 komentar:

  1. beli bibitnya (DOC ) diamana ya ?

    BalasHapus
  2. Yg minat DOC KUB. WILYH JALUR KERTA HUB. 081804278229 A/N KELMPOK TANI SAWUNG MAJU . BERBAH SLEMAN YOGYA

    BalasHapus