Kamis, Februari 05, 2015

Permintaan Itik Hibrida Terus Meningkat: Kabadan Litbang Pertanian kunjungi peternak itik di Mojokerto


Tim Badan Litbang Pertanian, yang terdiri dari Kabadan Litbang Pertanian, Kepala BBP2TP, Kepala Balitnak, Kepala BPTP Jawa Timur, dan peneliti Balitnak, Dr. Hardi Prasetyo, Dr. Maijon Purba dan Dr. Triana Susanti, pada tanggal 21 Januari 2015 telah melakukan kunjungan ke peternak di Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto.
Bapak Afit, seorang peternak yang dikunjungi telah mengembangkan pembibitan itik potong dengan menggunakan itik hibrida, yang merupakan persilangan antara galur jantan yang berasal dari kombinasi antara itik Peking dan itik lokal putih dan galur betina yang merupakan kombinasi antara itik Campbell dan itik Mojosari dan disebut itik Bigon. Saat ini peternak memiliki 3000 ekor induk dengan produksi anak itik (DOD) sebanyak sekitar 3000 ekor per minggu untuk dibesarkan sebagai itik potong. Sebagian besar anak itik dijual kepada peternak lain dan bahkan keluar kota, dan sebagian untuk dipelihara sendiri dan dijual pada umur siap potong.
Dari hasil kunjungan terungkap bahwa DOD itik potong dijual dengan harga Rp 7500/ekor, dan setelah dibesarkan selama 45 hari dapat dijual sebagai itik siap potong dengan bobot badan antara 1,5 – 1,9 kg seharga Rp 20.000 per kg bobot hidup. Anggota kelompok (peternak) saat ini menggunakan pola inti-plasma yaitu dengan membeli DOD itik potong dari Bapak Afit dan menjual itik siap potong melalui kelompok. Kelompok berkeinginan untuk dapat mengembangkan usahanya hingga 10.000 ekor induk atau lebih agar dapat memenuhi permintaan DOD itik potong yang selalu tinggi dan saat ini masih belum dapat terpenuhi. Saat ini telah tersedia lahan seluas 4 hektar untuk pengembangan tersebut. Untuk keperluan tersebut kelompok mengharapkan adanya bantuan permodalan.
Menurut informasi yang diperoleh bahwa saat ini hampir semua peternak di Desa Modopuro menggunakan itik hibrida tersebut untuk produksi itik potong yang permintaannya memang sangat tinggi, dan jarang ada peternak yang masih memelihara itik Mojosari murni sebagai itik potong. Hal ini menimbulkan kekuatiran bahwa itik Mojosari akan hilang di daerah asalnya sendiri.
Untuk kegiatan pembibitan dan pengembangan, Balitbangtan melalui Balitnak dapat memberikan kontribusi teknologi berupa: a). Pemurnian galur-galur sebagai "parent stock", b). Introduksi bibit PMp sebagai "male line" utk itik pedaging, c.) Introduksi itik Mojosari dan Alabio terseleksi untuk itik petelur dan sekaligus untuk pemurnian/pelestarian itik mojosari. (REP)

0 komentar:

Posting Komentar