Selasa, Juni 23, 2015

Karakteristik dan Manipulasi Mikrobia Rumen Hemat Emisi Gas Karbon dan Metan dalam Integrasi Sapi Sawit

Gas metan yang berasal dari total populasi ternak ruminansia yang ada di dunia telah menyumbang 12-15% dari total aliran gas metan di atmosphere.  Banyak faktor yang mempengaruhi emisi metana dan karbon dari ternak ruminansia. Diperlukan strategi memanipulasi pakan dan ekosistem rumen guna  mengurangi emisi gas metan asal ternak yang sekaligus dapat meningkatkan pertambahan bobot badan ternak. Tujuan Penelitian adalah : (1) Memperoleh karakteristik  Deoxyribose Nucleic Acid (DNA)  mikrobia rumen (bakteri, protozoa, jamur) pencerna    serat hemat emisi gas karbon dan  metan, (2) Mengidentifikasi kandungan emisi gas karbon dan metan  hasil ekshalasi, dan (3) Menentukan ransum sapi potong yang efisien berbasis kelapa sawit  rendah emisi gas karbon dan metan. Penelitian dilakukan dalam dua kegiatan penelitian yaitu:

Kegiatan 1, merupakan tahapan karakterisasi DNA mikrobia rumen (bakteri, protozoa dan jamur) penghasil gas karbon dan metan yang diisolasi dari rumen sapi (berfistula) yang mendapat 3 (tiga) macam perlakuan pemberian pakan, yaitu (a)= pakan serat tinggi (kandungan > 26% SK), (b)= pakan serat sedang (15-25% SK), dan (c)= pakan serat rendah (<14% SK). 

Kegiatan 2, merupakan percobaan in vivo. Sebanyak  24 ekor sapi jantan (umur 11-I2) dimasukkan ke dalam kandang individu dan dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok pemberian pakan, yakni (A)= ransum serat tinggi (kandungan > 26% SK), (B) =ransum serat sedang (15-25% SK), dan (C) = ransum serat rendah (<14% SK). Lokasi percobaan di PTPN VI, Kab Batanghari (Jambi) dan di Kab. Kotawaringin Barat (Kalimantan Tengah). Parameter yang diukur: konsumsi dan konversi pakan, ekosistem rumen (VFA, pH, dan NH3 rumen), pertambahan bobot badan.

Luaran dalam tahapan ini adalah formulasi ransum hemat emisi gas karbon dan metan pada pakan berbasis kelapa sawit. Data yang diperoleh dalam kegiatan 1 dan 2, dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap pola searah (One Way Analysis) menggunakan program SPSS ver. 20. 

Hasil kegiatan 1, Evaluasi karakteristik DNA mikrobia rumen masih dilanjutkan pada TA 2014. Bakteri pada sapi fistula umumnya berbentuk cocci in pairs (gram+), cocci in clusters (gram+), dan rod with round ends (+/-). Sedangkan strain protozoa didominasi oleh Epipinium ecaudatum, Eremoplastron bovis, Eremoplastron bugalus, dan Entodinium quadriseuspis. Pada pakan serat berbasis non sawit, pakan berserat rendah menghasilkan kandungan CH4 (10,87 ml) lebih rendah (P<0,05) dibanding pakan serat sedang (23,92 ml) dan serat tinggi (26,72 ml). Namun demikian kandungan NNH3 pada pakan serat rendah (430,65 mg/L) lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan pakan serat sedang (259,32 mg/L) dan serat tinggi (305,56 mg/L). Rataan populasi bakteri pada pakan  serat sedang (13,82x109/ml) lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan pakan serat rendah (9,11 x 109/ml) dan serat tinggi (4,71x109/ml). Hasil yang sama ditunjukkan pada populasi protozoa bahwa protozoa pada pakan serat sedang (40,52x106/ml)  lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan pakan serat rendah (19,83 x 106) dan serat tinggi (15,67x106 ml). Menggunakan persamaan regresi persamaan Y = 0,034 X – 3,828, diprediksikan bahwa produksi gas metan pada kandungan SK tinggi berkisar 231,4 – 439,2 gram/hr, produksi gas metan pada kandungan SK sedang berkisar 247,0 – 404,0 gram/hr, sedangkan produksi gas metan pada kandungan SK rendah berkisar 171,4 – 366,7 gram/hr. 

Hasil Kegiatan 2
, menunjukkan bahwa pakan serat tinggi  mempunyai populasi protozoa (6,98 x 106/ml) tertinggi  (P<0,05) dibandingkan pakan serat rendah (5,24 x106/ml) dan serat sedang (4,12 x106/ml) Sedangkan populasi bakteri pakan serat sedang (8,14 x 109/ml) adalah tertinggi diikuti pakan serat tinggi (6,97 x 109/ml) dan serat rendah (6,25 x 109/ml).  Pakan serat tinggi dan serat sedang menghasilkan kandungan CH4 yang sama (22,18 ml vs 21, 84 ml), namun lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan pakan serat rendah (12,41 ml). Sebaliknya, pakan berserat rendah dan sedang menghasilkan kandungan NNH3 (151,95 mg/L dan 146,18 mg/L) yang lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan pakan serat tinggi (93,41 mg/L). Sedangkan pH rumen masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata, berkisar 6,70-6,83. Konsumsi bahan kering ransum masing-masing perlakuan tidak terdapat perbedaan signifikan, yakni berkisar 8,23 – 9,08 kg/hr. Namun demikian kecernaan bahan kering pada pakan serat tinggi (35,89%) adalah lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan kecernaan bahan kering pada pakan serat sedang (44,28%) dan serat rendah (44,13%). Pertambahan bobot badan pada pakan serat rendah (1,19 kg/hr) adalah tertinggi (P<0,01), diikuti pakan serat sedang (0,75 kg/hr) dan pakan serat tinggi (0,17 kg/hr). Sedangkan konversi pakan tidak menunjukkan perbedaan karena menghasilkan variasi yang cukup besar, yakni berkisar 7,77 – 34,00.

Kesimpulan yang dihasilkan dari dua kegiatan ini adalah: (1) kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan menghasilkan emisi metan yang lebih tinggi,  diikuti dengan tingginya populasi protozoa dan kandungan ammonia nitrogen dalam rumen yang rendah; (2) kandungan serat kasar yang rendah dalam bahan pakan mampu menurunkan kandungan metan, meningkatkan bobot badan ternak serta meningkatkan efisiensi penggunaan ransum; (3) emisi gas metan pada pakan berserat berbasis sawit dan non sawit tidak menunjukkan perbedaan, namun populasi bakteri dan protozoa rumen pada pakan berbasis sawit adalah lebih rendah.

Puslitbangnak

0 komentar:

Posting Komentar