Rumput gajah kerdil (Pennisetum purpureum cv Mott)
merupakan salah satu tanaman yang dikenal cocok untuk pakan ternak
ruminansia besar maupun kecil. Hal ini dikarenakan rasio daun atau
batang yang tinggi, nilai nutrisi yang sedang, tahan terhadap
kekeringan, dan cocok untuk penggembalaan. Berdasarkan beberapa
keunggulan tersebut, pengembangan budidaya rumput gajah kerdil
diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk menjamin ketersediaan
hijauan.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan agronomis melalui penanaman
rumput gajah kerdil di dua agroekosistem berbeda (dataran rendah
beriklim basah yaitu Sei Putih dan dataran tinggi beriklim sedang yaitu
Siborong-borong). Luas masing-masing lokasi penanaman adalah 1.500 m2.
Terdapat 30 petak percobaan dengan luasan 100 m2 tiap petak. Ada tiga perlakuan jarak tanam, yakni 50x100 cm (JT1); 75x100 cm (JT2) dan 100x100 cm (JT3).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rumput gajah kerdil di Sei Putih
relatif lebih pendek dengan daun lebih lebar dan jumlah anakan yang
lebih sedikit dibandingkan rumput gajah kerdil yang ditanam di
Siborong-borong, Tapanuli Utara. Produksi segar tajuk rumput gajah
kerdil yang ditanam di Sei Putih pada pemanenan akhir bulan Oktober 2013
adalah 2,2-3,2 kg/tanaman/panen. Jumlah ini jauh lebih tinggi daripada
pemanenan akhir di Siborong-borong, yaitu 1,1-1,6 kg/tanaman/panen.
Jarak tanam mempengaruhi produksi segar per tanaman per panen. Produksi
segar per tanaman pada JT1 lebih rendah dibandingkan dengan dua
perlakuan lainnya (JT2 dan JT3). Namun, dengan jarak tanam yang lebih
rapat, jumlah tanaman pada perlakuan JT1 lebih banyak dibandingkan
dengan JT2 dan JT3, sehingga ketika dikonversi ke produksi per plot
maupun per hektar, produksi segar tajuk pada JT1 lebih tinggi dibanding
JT2 dan JT3. Hasil analisis kimiawi menunjukkan nilai nutrisi rumput
gajah kerdil (RGK) yang ditanam di Siborong-borong lebih baik
dibandingkan yang di Sei Putih. Kandungan protein kasar RGK di
Siborong-borong (17-19%) lebih tinggi dibanding RGK di Sei Putih
(11-14%). Hal ini disebabkan RGK di Siborong-borong mengalami gangguan
pada awal pertumbuhan dan relatif lebih muda dibanding RGK Sei Putih
saat analisis dilakukan.
Puslitbangnak
Senin, Juni 08, 2015
Home »
» Teknologi Budidaya Rumput Gajah Kerdil di Provinsi Sumatera Utara
0 komentar:
Posting Komentar